Antusias ibu-ibu dalam pelatihan Batik Shibori
Bagi pegiat kesenian dan tekstil, istilah shibori bukanlah hal yang asing ditelinga.Berasal dari Jepang, shibori berasal dari kata kerja ‘shiboru’ yakni merupakan teknik pewarnaan kain yang mengandalkan ikatan dan celupan. Motif yang dihasilkan seringkali tak jauh berbeda dengan batik (meskipun dari segi pengerjaan lebih mudah dan sederhana). Tak heran jenis kain yang satu ini acap kali disebut dengan ‘batik’ asal Jepang.Dikabarkan, teknik shibori ini telah digunakan sejak zaman kekaisaran Jepang beberapa ratus tahun yang lalu. Bahkan beberapa pewarna alami dapat bertahan 600 tahun lamanya.
Konsep pembuatannya pun juga serupa dengan teknik tie dye yang mengandalkan teknik ikat celup. Dengan teknik ini, beberapa kain ‘dilindungi’ agar tidak terkena corak pewarna sehingga pada hasil akhirnya tercipta pola sesuai dengan bagian yang diwarnai dan ‘dilindungi’.Teknik ‘melindungi’ kain shibori ini dilakukan dengan menggunakan teknik seperti melipat, melilit, mengikat kain dan mencelupkannya pada pewarna indigo.
Singkat kata, jika di Indonesia teknik tie dye dikenal dengan istilah jumputan (Jawa), sasirangan (Banjarmasin), Pelangi (Palembang).
Dan kemaren telah diadakan pelatihan Batik Shibori selama 2 hari tanggal 20 juli 2023 untuk part 1 dan 9 Agustus untuk part 2.untuk peserta yang di undang yakni ibu – ibu PKK. Karena di harapkan bisa menjadi tambahan ketrampilan yang bisa menghasilkna nantinya. Dalam 2 hari pelatihan peserta di berikan materi tentang macam – macam teknik pengikatan dan pewarnaan kain yang mana di beri nama batik shibori.
Diharapkan kedepannya peserta dapat membawa keahliannya yang di dapat di pelatihan untuk dikembangkan di wilayah nya masing masing, sehingga dapat mendongkrak UMKM yang bisa lebih menghasilkan.